LAPORAN PRAKTIKUM
KULIAH LAPANG II
ACARA
PEMBUATAN BANDENG DURI LUNAK
Disusun Oleh
:
AgusSetiawan (
14031019 )
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS
AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS
MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2016
PEMBUATAN BANDENG DURI LUNAK
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mahaiswa dapat mengetahui proses pengolahan bandeng duri lunak atau presto
b. Mahasiswa
dapat mengetahui hasil uji sensoris (Aroma, Warna, Rasa, dan Tekstur) bandeng
duri lunak
II.
DASAR TEORI
A.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sebagai negara yang maritime, Indonesia mempunyai potensi yang besar dalam
perikanan, baik perikanan air tawar, air payau, maupun air laut. Menurut
Saparinto (2007), potensi akuakultur air payau, yakni dengan sistem tambak
diperkirakan mencapai 931.000 ha dan hampir telah dimanfaatkan potensinya
hingga 100% dan sebagian besar digunakan untuk memelihara ikan bandeng (Chanos
chanos Forsk) dan udang (Pennaeus sp.). Salah satu produk perikanan
yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan bandeng. Ikan bandeng
merupakan suatu komoditas perikanan yang memiliki rasa cukup enak dan gurih
sehingga banyak digemari masyarakat. Selain itu, harganya juga terjangkau oleh segala
lapisan masyarakat. Ikan bandeng digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi dan
berkadar lemak rendah. Pada umumnya ikan bandeng diolah secara tradisional
antara lain dengan cara pengasapan, penggaraman dan pemindangan. Cara
pengolahan tersebut hanya merubah komposisi daging, rasa serta tekstur ikan,
tetapi tidak dapat melunakkan tulang yang banyak terdapat dalam daging ikan
bandeng. Untuk mengatasi gangguan tulang – tulang ini, ada suatu cara
pengolahan khusus yang produknya disebut bandeng duri lunak.
Menurut Astawan (2004), salah satu upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan
ikan bandeng adalah mengolah ikan bandeng secara duri lunak. Di Indonesia, produk
bandeng duri lunak mulai dikenal walaupun jumlah produksinya masih dibawah ikan
asin maupun ikan pindang, tetapi pada masa yang akan datang pengolahan ikan
Bandeng secara duri lunak cukup cerah prospeknya. Cita rasa yang dimiliki pun
jauh lebih enak dibandingkan dengan ikan yang diolah secara diasin maupun
dengan cara lainnya.
Di beberapa tempat, ikan bandeng
memiliki banyak nama, misalnya di Sumatera dikenal dengan sebutan banding,
mulch, atau agam; di Bugis disebut bolu; di Filipina
disebut bangos; dan di Taiwan disebut sabahi (Saparinto, 2007).
Salah satu hasil olahan ikan bandeng adalah bandeng duri lunak. Mempunyai
ciri
hampir sama dengan pindang
bandeng, dengan kelebihan yakni tulang, duri dari ekor hingga
kepalanya cukup lunak, sehingga
dapat dimakan tanpa menimbulkan gangguan duri pada
mulut (Arifudin, 1988).
Menurut SNI No:
4106.1-2006, bandeng presto/duri lunak adalah produk olahan hasil perikanan
dengan bahan baku ikan utuh yang mengalami perlakuan sebagai berikut:
penerimaan bahan baku, sortasi, penyiangan, pencucian, perendaman,
pembungkusan, pengukusan, pendinginan,
pengepakan, pengemasan, penandaan, dan penyimpanan. Bandeng presto adalah salah satu bentuk olahan
ikan dengan prinsip pemanasan bertekanan tinggi yang di campur atau dilumuri
dengan bumbu-bumbu sehingga tulang menjadi lunak.
Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia
yang berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan
bandeng yang dibumbui dengan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan garam.
Ikan bandeng ini kemudian dimasak pada alas daun pisang dengan cara dipresto.
Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang
dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan
rapat. Air yang berada didalam panci ini kendian
dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan memasak makanan yang
berada didalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri.
Bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto
duri-duri menjadi sangat lunak. Pada awalnya bandeng dibuat dalam skala kecil
ntuk kalangan sempit saja, namun karena dengan digemari banyak orang produksi
bandeng presto semakin berkembang dan menjadi oleh-oleh dari kota Semarang.
B.
TINJAUAN BAHAN
1.
Ikan
Bandeng
Ikan bandeng merupakan salah satu ikan
. Konsumsi terpopuler di
Indonesia. Ikan ini banyak ditemukan di perairan samudera hindia dan akrab dengan habitat
terumbukarang disekitar pesisir. Ikan bandeng disukai sebagai makanan karena cita rasa yang gurih,
rasa daging kental (tidak asin seperti ikan laut) dan tidak mudah hancur jika dimasak. Kelemahan bandeng ada dua, yaitu: dagingnya berduri dan kadang-kadang berbau tanah atau lumpur. Duri bandeng sebenarnya adalah tulang dari bandeng. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya. Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panic bertekanan tinggi (presto atau
autoclave) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat dihancurkan jika dikunyah. Sedangkan bau lumpur dapat diatasi dengan cara. Cara pertama adalah memelihara ikan selama 1-14 hari dalam air mengalir bebasbiasmin sebelum di jual. Cara kedua adalah dengan perlakuan pemberian asam tertentu. Umumnya bandeng yang berbau lumpur diambil dari tambak.
Menurut Saanin (1968), klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos Forsk)
adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos Forsk
Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang,
padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi
oleh selaput bening (subcutaneus). Pengolahan bandeng
duri lunak (Eko Susanto) Seri
materi penyuluhan bagi masyarakat pesisir 4 punggung terletak jauh di belakang tutup insang dan
dengan rumus jari-jari D. 14-16; sirip dada (pectoral fin) mempunyai rumus jari-jari P. 16-17; sirip perut
(ventrial fin) mempunyai rumus jari-jari V. 11-12; sirip anus (anal fin) terletak jauh di
belakang sirip punggung dekat dengan anus dengan rumus jari-jari A. 10-11; sirip ekor (caudal fin)
berlekuk simetris dengan rumus jari-jari C. 19 (Hadie, 1986). Menurut Djarijah, A.S.( 1995), ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh
hingga mencapai 1,8 m, anak ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang biasa disebut nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1 -3 cm,
sedangkan gelondongan berukuran 5-8 cm.
2.
Daun
Salam
Daun
salam berupa warna kecoklatan, bau aromatik lemah, rasa kelat. Daun tunggal
bertangkai pendek, panjang tangkai daun 5-10 mm. helai daun berbentuk jorong
memanjang, panjang 7-15 cm; ujung daun dan pangkal daun meruncing, tepi rata;
permukaan atas berwarna cokelat kehijauan, licin, mengkilat; permukaan bawah
berwarna coklat tua; tulang daun menyirip, 6 dan menonjol pada permukaan bawah
dan tulang cabang halus. Bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari
ujung ranting, berwarna putih, baunya harum, Biji bulat, diameter sekitar 1 cm
berwarna cokelat. Buahnya buah buni, bulat berdiameter 8-9 mm, buah muda
berwarna hijau, setalah masak menjadi merah gelap, rasa agak sepat (Depnear, 2000).
3.
Serei
Tanaman
serai merupakan tumbuhan herba menahun dan merupakan jenis rumput-rumputan
dengan tinggi antara 50-100 cm. Asal usul tanaman serai berasal dari daerah
ceylon. Waktu berbunga Januari sampai dengan Desember. Perawakan,
rumput-rumputan tegak, menahun perakarannya sangat dalam dan kuat. Batang,
tegak atau condong membentuk rumpun, pendek, masif, bulat (silindris), gundul
sering kali di bawah buku – bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna
merah. Daun, tunggal, lengkap, pelepah daun silindris, gundul, seringkali
bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula). Helaian, lebih
4 5 dari separuh menggantung, remasan berbau aromatik. Bunga, susunan malai
atau berbulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna sama, umumnya
putih (Wibisono. W, 2011).
4.
Minyak
Goreng
Minyak
goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanyadigunakan untuk
menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak goreng berfungsi sebagai
pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan.
5.
Kemiri
Kemiri
(Aleurites moluccana) merupakan salah satu tanaman tahunan yang termasuk dalam
famili Euphorbiaceae (jarak-jarakan). Umur produktif tanaman mencapai 25-40
tahun. Ketinggian tanaman dapat mencapai 40 meter. Daunnya selalu hijau
sepanjang tahun dan menghasilkan buah kemiri yang merupakan bagian tanaman yang
bernilai ekonomis. Daging buahnya kaku dan mengandung 1-2 biji yang diselimuti
oleh kulit biji yang keras. Secara sistematis, tanaman ini diklasifikasikan
sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi :
Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Archichlamydae Familia :
Euphorbiaceae Genus : Aleurites Spesies : Aleurites moluccana, Willd. Tanaman
kemiri tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis (Sunanto, 1994).
6.
Lengkuas
Merupakan
terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter. Biasanya tumbuh dalam
rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang
bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda
keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau,
bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun disebelah atas dan bawah biasanya
lebih kecil dari pada yang ditengah. Buahnya
berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda berwarna hijau-kekuningan,
setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdimeter lebih kurang 1 cm. Ada
juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecilkecil, berbentuk lonjong,
berwarna hitam (Sinaga, 2009)
7.
Bawang
Merah
Bawang Merah (Allium cepa L.
Kelompok Aggregatum) adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan
Asia Tenggara dan dunia. Orang Jawa mengenalnya sebagai brambang. Bagian yang
paling banyak dimanfaatkan adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga
menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan. Bawang
merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat.
Selain
itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga
mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin.
Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah
dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin.
Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat,
amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida.
8.
Bawang
Putih
Adalah nama tanaman dari genus Allium
sekaligus nama umbi yang dihasilkan. Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa
sulfur termasuk zat kimia yang disebut aliin yang membuat bawang putih mentah
terasa getir. Bawang putih biasanya digunakan sebagai bumbu yang mana
dihacurkan terlebih dahulu dengan dikeprek sebelum dirajang halus dan ditumis
(Brewster, 1994).
9.
Garam
Adalah senyawa ionik yang terdiri dari
ion positif dan ion negatif, sehingga membentuk senyawa netral. Garam terbentuk
dari hasil reaksi asam dan basa. Garam dapur merupakan sejenis mineral yang
lazim digunakan oleh manusia, memiliki bentuk kristal putih dan seringkali
dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur secara umum adalah natrium
chlorida.
10. Kunyit
Kunyit (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma
domestica Val.), adalah termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari
wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah
Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan
India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik
sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan
kecantikan. Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini dinamakan Janar.
11. Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah
tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan
pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron (Harmono, 2005).
12. Telor
Telur
adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan
susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti
ayam, bebek, dan angsa. Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan
kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak
keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan
makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa
yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka
ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber
protein yang relatif murah dan mudah ditemukan. Hampir semua orang membutuhkan
telur (Mietha, 2008).
III.
METODOLOGI
A.
ALAT
Dalam praktikum pembuatan
bandeng duri lunak ini alat-alat yang digunakan adalah panci
presto, pisau, baskom, telenan, kompor,
cobek, timbangan, sendok, dan parut.
Alat-alat ini mempunyai fungsi masing-masing
, Panci presto di gunakan untuk memasak
ikan bandeng tersebut dengan tekanan tinggi sehingga menghasilkan bandeng duri
lunak, pisau digunakan untuk
membersihkan dan membelah ikan bandeng, baskom digunakan untuk wadah ikan
bandeng setelah dilakukan pencucian, telenan digunakan untuk menjadi
pondasi atau pengganjal ikan bandeng
pada saat di bersihkan atau di belah,
kompor digunakan untuk memasak ikan bandeng tersebut, cobek digunakann
untuk menghancurkan bumbu-bumbu dalam pembuatan ikan bandeng duri lunak,
timbangan digunakan untuk menakar seberapa banyak bumbu yang di gunakan,
sendok digunakan untuk memudahkan
pengambilan bumbu yang sudah di hancurkan dengan cobek ke dalam timbangan, dan parut digunakan untuk menghaluskan
bumbu-bumbu harus benar-benar halus seperti
kunyit.
B.
BAHAN
Dalam praktikum ini bahan yang digunakan untuk pembuatan
bandeng duri lunak adalah ikan bandeng
1kg, daun salam 5 lembar, serei 75 g, minyak goreng 600 ml, kemiri 30 gr,
lengkuas secukupnya, bawang merah 150 gr, bawang putih 75 gr, garam 2 sendok
makan, kunyit secukupnya, jahe 25 g, telur 2 biji, dan air secukupnya.
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.png)
|
|
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.png)
|
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.png)
|
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.png)
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.png)
|
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.png)
|
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
IV.
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel
Kelompok
|
Aroma
|
Tekstur
|
Rasa
|
Warna
|
A.
35 Menit
|
Khas Bandeng
|
Lunak
|
Kurang asin dan kurang gurih
|
Kuning emas
|
B.
40 Menit
|
Khas Bandeng dan Aroma salam lebih tersa
|
Agak lunak
|
Bumbu terasa dan enak
|
Kuning orange (lebih kekuningan)
|
B. Analisis
Produksi
1)
Harga
Bahan
-
Bandeng
1 kg : Rp. 25.000
-
Laos,
sere, jahe, kunyit, salam : Rp. 2.500
-
Minyak
600 ml
: Rp. 7.200
-
Bawang
merah 150 gr : Rp.
5.700
-
Bawang
putih 75 gr :
Rp. 2.700
-
Telur
: Rp. 1500
-
Garam : Rp. 250
-
Air
: Rp. 1000
-
Gas
: Rp. 2.000
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image011.png)
Total Biaya Produksi : Rp.
48.350
2)
Jumlah
Produk yang di hasilkan : 6 Ekor
3)
Keuntungan
: 20 % X Total biaya produksi
: Rp. 48.350 X 20%
: Rp. 9.670
4)
Harga
Jual :
Rp. 48.350 + Rp. 9.670
![](file:///C:/Users/asus/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.png)
: Rp. 9.670 / Ekor
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini
membuat bandeng duri lunak. Bandeng duri lunak merupakan salah satu jenis
diversifikasi pengolahan hasil perikanan terutama sebagai modifikasi
pemindangan yang memiliki kelebihan yaitu tulang dan duri dari ekor sampai
kepala lunak sehingga dapat dimakan tanpa menimbulkan gangguan duri pada mulut
(Arifudin, 1988).
Proses pengolahan bandeng duri lunak dengan uap air panas bertekanan tinggi
menyebabkan tulang dan duri menjadi lunak. Selain itu uap air panas yang
bertekanan tinggi ini sekaligus berfungsi menghentikan aktifitas mikroorganisme
pembusuk ikan, kerasnya tulang ikan disebabkan adanya bahan organik dan
anorganik pada tulang. Bahan anorganik meliputi unsur-unsur kalsium, phosphor,
magnesium, khlor dan flour sedangkan bahan organik adalah serabut-serabut
kolagen. Tulang menjadi rapuh dan mudah hancur bila bahan organik yang
terkandung di dalamnya larut (Soesetiadi, 1977).
Dalam
praktikum ini terdapat 6 kelompok yang waktu proses pemasakan di bagi menjadi 2
bagian, yaitu pada kelompok (I,II,III) dalam proses pemasakan bandeng diri
lunak di beri waktu sekitar 35 menit,
sedangkan pada kelompok ( IV,V,VI) dalam proses pemasakan diberi waktu
40 menit.
Dari
tabel di ketahui hasil pengujian
sensoris (Aroma, Tekstur, Rasa, dan Warna) yang berbeda- beda. Pada kelompok
(I,II,III) pemasakan selama 35 menit di ketahui bahwa dari Aroma; memiliki
aroma yang khas ikan bandeng, Tekstur; lunak tidak keras, Rasa; memiliki rasa
kurang asin dan kurang hurih, dan pada Warna; kuning emas. Sedangkan pada
kelompok (IV,V,VI) pemasakan selama 40 menit diketahui bahwa dari Aroma; bau
khas bandeng dan daun salam lebih
terasa, Tekstur; agak lunak , Rasa; memiliki rasa yang enak dan bumbunya sangat
terasa, dan pada Warna; memiliki warna kuning orange (lebih kekuningan).
Pada saat pemasakan terjadi perbedaan waktu yang sangat
lama dan panci yang di gunakan berbeda, untuk kelompok (IV,V,VI) pemasakan 40
menit, uap lebih banyak keluar daripda kelompok (I,II,III) pemasakan
35 menit dan memiliki tekanan tinggi yang berbeda. Sehingga pada kelompok
(IV,V,VI) perlu dilakukan pengulangan pemasakan. Sehingga hasil dari uji
sensoris berbeda-beda. Pada
pratikum ini menunjukan bahwa perbedaan waktu pemanasan menggunakan panci
presto berpengaruh terhadap kualitas hasil dari olahan bandeng presto.
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok ikan bandeng
prseto dengan pengaruh lamanya pemasakan
terdapat
perbedaan yang nyata.
Proses pembuatan
bandeng duri lunak dan kualitas sangat di pengaruhi oleh lamanya waktu
yang diperlukan untuk memasak, dapat mempengaruhi baik dari cita rasa,
tekstur maupun warna (Wibowo, 1996).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas bandeng
duri luak adalah Penyiangan; dilakukan agar proses pembusukan
dapat diperlambat karena isi perut merupakan sumber kontaminasi bakteri patogen, Pencucian; pada ikan bandeng
dilakukan agar kotoran, darah, dan lendir yang menempel pada permukaan tubuh
ikan hilang, Pelumuran bumbu; untuk
mempertegas rasa dan aroma dan apabila tidak ditambahkan kunyit dalam bumbu
warna bandeng duri lunak akan terlihat pucat dan kurang menarik, Penysunan ikan; Penyusunan ikan
dilakukan secara berselang-seling, agar auto clave dapat memuat lebih banyak
bandeng yang tersusun lebih rapi dan mengurangi kerusakan fisik ikan, Pemasakan: dengan menggunakn tekanan tinggi sehingga
tulang-tulang serta daging ikan bandeng daapat lebih lunak, serta penggorengan.
Dari hasil analisi produksi diketahui bahwa total biaya
produksi sebesar Rp. 48.350. dengan produk yang di hasilkan sebanyak 6 ekor
ikan bandeng duri lunak, keuntunganya: 20% X total biaya produksi (Rp.48.350 x
20%) : Rp. 9.630. dan harga jual ikan bandeng duri lunak Rp. 9.670 / Ekor.
Pada
praktiknya pembuatan bandeng presto merupakan salah satu bentuk pengolahan ikan
untuk pengawetan dan daya simpan yang lebih lama serta menambah cita rasa agar
menarik para konsumen selain itu sebagai bentuk dari diversifikasi pangan
khususnya pengolahan ikan. Pengolahan ikan bandeng relatif murah, mudah dilakukan dan
menggunakan bahan dan alat-alat yang cukup sederhana
VI.
KESIMPULAN
Pada pratikum
ini dapat disimpulkan bahwa :
a.
Bandeng
presto/duri lunak adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan
utuh yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan bahan baku, sortasi,
penyiangan, pencucian, perendaman, pembungkusan, pengukusan, pendinginan, pengepakan,
pengemasan, penandaan, dan penyimpanan. Bandeng
presto adalah salah satu bentuk olahan ikan dengan prinsip pemanasan bertekanan
tinggi yang di campur atau dilumuri dengan bumbu-bumbu sehingga tulang menjadi
lunak.
b.
Perbedaan
waktu pemanasan menggunakan panci presto berpengaruh terhadap kualitas hasil
dari olahan bandeng presto.
c.
Harga
jual ikan bandeng duri lunak dalam 1 ekor sekitar Rp. 9.670
LAMPIRAN
Gambar 1. Ikan Bandeng Segar Setelah Proses Penyiangan
dan Pencucian
DAFTAR PUSTAKA
Arifudin, R. 1988. Bandeng duri
lunak dalam Kumpulan Hasil Penelitian Teknologi Pasca Panen
Perikanan. BPTP. Jakarta.
Astawan,
M. 2004. Bandeng
Presto. Makanan Masa Mendatang. http:www.Kompas.com/kesehatan/news/0305/01/104518.htm.
Badan Standardisasi Nasional.
2006. Standar Nasional Idonesia No. 4106.1-2006 Bandeng
Presto Bagian I. Jakarta.
Brewster,
1994. Budidaya Bawang Putih dan
Khasiatnya. Jakarta : Penerbit Agromedia
Pustaka
Depnear, 2000.
Pemanfaatan Daun Salam. UB. Malang
Djarijah,
A.S. 1995. Ikan Duri Lunak. Kanisius. Yogyakarta.
Harmono,
STP dan Drs Agus Andoko, 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. Jakarta
: Penerbit Agromedia Pustaka.
Mietha, 2008. Pemanfaatan Telur Sebagai Bahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Saanin 1968. .
Pengujian Daya Awet Ikan Bandeng (Channos channos Forsk) duri lunak
secara organoleptik di Kota Semarang. Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Universitas Diponegoro Semarang
Saparinto,
Cahyo. 2007. Membuat aneka olahan bandeng. Penebar Swadaya. Jakarta
Sinaga 2009.
Pemanfaatan Tanaman lengkuas. IPB, Bogor
Soesetiadi, 1977. Proses
Pengolahan Bandeng Duri Lunak. ). UI Press. Jakarta.
Sunanto,
1994 Budidaya Tanaman Kemiri. IPB.
Bogor
Wibisono.
W, 2011. Pemanfaatan
Tanaman Serei Sebagai Obat. Jakarta
: Penerbit Agromedia Pustaka.
Wibowo, 1996. Faktor Mempengaruhi Kualitas Bandeng Presto. Pusat Riset Pengolahan Produk Dan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan
Badan Riset Kelautan Dan Perikanan Departemen Kelautan Dan Perikanan. Jakarta.
Wikipedia, 2009. Memahami Poses Pembuatan Minyak Goreng dan
Pemanfaatanya.
http//wikipedia.com/memahami-pembuatan-minyak-goreng-dan-pemanfaatanya/